A. Sistem Respirasi Manusia
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.
Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b. Faring
udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan
seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.
Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f. Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan din ding
alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.
2. Mekanisme Pernafasan Manusia
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara ( inspirasi) dan pengeluaran udara ( ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadi
meningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong keluar.
2. Pernafasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
3. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami
proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.
Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga.\ Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
B. Sistem Respirasi Tumbuhan
Dalam struktur tumbuhan, bentuk proses pernapasan sudah termaktub dalam respirasi. Sayangnya, proses ini tidak bisa diamati langsung. Berbeda halnya dengan manusia serta hewan yang terlihat dan nampak. Bangsa tumbuh tumbuhan melakukan respirasi di bagian daun. Organ ini di namakan dengan stomata atau di kenal dengan mulut daun. Melalui bagian stomata inilah, tumbuhan mamu menyerap oksigen atau O2. Jika manusia bisa melakukan 2 pernapasan, seperti pernapasan dada dan pernapasan perut, maka sama halnya dengan tumbuhan. Mereka mampu melakukan dua jenis respirasi sekaligus. Yaitu berupa respirasi aerob dan anaerob.
a. Jenis respirasi dalam tumbuhan
Seperti yang sudah di sebutkan, bahwa tumbuhan juga memiliki 2 cara dalam respirasi. Yakni di kenal sebagai respirasi aerob dan anaerob.
- Respirasi aerob
Ketika tumbuhan melakukan respirasi aerob, akan terjadi pembakaran atau oksidasi glukosa secara sempurna. Proses terjadinya mampu menghasilkan banyak energi dalam jumlah yang besar sekali respirasi. Jika di hitung dalam satuan energi tumbuhan, mampu mencapai yakni 36 ATP. Pada saat melakukan respirasi aerob, tumbuhan bukan hanya mengeluarkan energi. Namun juga zat lain, misalnya adalah karbon dioksida serta uap air. Ke dua zat ini mampu dikeluarkan melalui sistem difusi.
Tumbuhan tidak bisa selalu melakkan respirasi ini. Sebab ada kalanya mereka mendapat asupan oksigen yang banyak dan ada waktunya pula mereka mendapat oksigen sedikit. Meskipun bukan hanya stomata yang ada di permukaan daun untuk mendapatkan oksigen, juga tetap di bantu oleh bagian batang tanaman melalui inti sel. Jika stomata dan inti sel ini mampu menangkap banyak oksigen, maka tumbuhan akan melakukan respirasi aerob.
- Respirasi anaerob
Selain melakukan respirasi aerob, tumbuhan juga melakukan respirasi anaerob. Biasanya di namakan dengan respirasi tidak sempurna. Karena pembakaran atau oksidasi glukosa yang terjadi tidak sempurna. Makanya energi yang bisa di hasilkan juga tidak sedikit. Yakni hanya sebesar 2 ATP saja. Sungguh jauh rentangnya dengan respirasi aerob yang bisa di lakukan saat ada oksigen. Betapa pentingnya oksigen bagi tumbuhan. Meskipun tidak di pakai tumbuhan untuk bernapas, namun oksigen memiliki peranan lain. Yakni untuk pembakaran dan pembuatan energi. Respirasi anaerob biasanya terjadi pada saat malam hari. Karena pada saat itu, cahaya matahari sudah tidak ada. Padahal melakukan respirasi harus setiap saat. Maka tumbuhan hanya mampu melakukan respirasi anaerob.
Inilah alasan mengapa anda sangat di larang untuk berada di sekitar tumbuhan pada malam hari. Apalagi tumbuhan yang rindang dan besar. Karena baik anda maupun tumbuhan, sama sama memerlukan oksigen. Jika berada sebelahan, kandungan oksigen yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan ke dua makhluk hidup ini.
b. Proses respirasi pada tumbuhan
Jika tadi sudah di bahas mengenai bentu respirasi pada tanaman, maka kali ini adalah cara dari tanaman tadi melakukan respirasi. Bisa disebut dengan bagaimana tumbuhan melakukan respirasi. Meskipun cara ini tidak bisa secara kasat mata terlihat oleh manusia, hanya saj akita bisa menelitinya. Mempelajari strukturnya, melihat kemungkinan yang bisa terjadi dengan bentuk tubuh yang semacam ini. Bagaimanakah prosesnya? Simak ulasan berikut ini.
- Proses yang terjadi saat tanaman melakukan respirasi aerob adalah dengan melakukan pembebasan energi. Sehingga dari hasil pernapasan, beberapa energi yang di miliki oleh tanaman akan di bebaskan dari sari-sari makanan yang ada di bagian bagian sel. .
- Caranya adalah dengan melakukan oksidasi secara biologis. Yang di maksud dengan Oksidasi sendiri adalah terjadinya proses reaksi di antara sari makanan dengan oksigen. Kemudian pada hasil akhirnya akan menghasilkan energi. Bukan hanya itu, tanaman juga akan mengeluarkan CO2 atau di kenal dengan karbondioksida serta air atau H2O.
- Reaksi ini juga merupakan salah satu jenis rekasi enzimatis. Karena dalam melakukannya, memerlukan bantuan dari jenis jenis enzim yang berperan sebagai katalisator. Jadi seperti ini perumpamaanya, pada setiap satu reaksi harus memerlukan 90% kandungan oksigen agar memperoleh hasil yang baik. Namun dengan adanya enzim, sangat membantu untuk menurunkan kekuatannya. Yakni hanya memerlukan 50% kandungan oksigen saja. Lalu bagaimana dengan hasilnya? Tetap sama persis dengan yang membutuhkan 90% kandungan oksigen.
- Keistimewaan enzim ini adalah tidak pernah habis. Jadi sekalinya ia di pakai untuk mengkatalisasi oksidasi atau pembebasan sari makanan, enzim tetap tidak habis. Ia masih bisa di gunakan. Sayangnya tidak semua proses yang ada bisa menggunakan enzim. Hanya ada beberapa proses tertentu saja yang bisa menggunakan kekuatan enzim.
- Beberapa proses yang bisa menggunakan katalisator memang cukup banyak. Namun tidak semuanya. Contoh beberapa proses yang yang bisa menggunakan enzim sebagai katalisator adalah proses pertumbuhan tanaman menjadi tinggi dan besar. Selain itu, dalam hal pengangkutan mineral yang berasal dari dalam tanah, yang mana di bawa bersama unsur hara. Kemudian dalam pembentukan protein yang menjadi bahan utama dari suatu enzim. Bisa juga di gunakan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan.
c. Jenis respirasi tingkat rendah pada tumbuhan
Tumbuhan yang ada di muka bumi ini bukan hanya sekedar tanaman mangga, pisang, wortel, pinus, kelapa, dan lain sebangsanya. Ada pula yang di naman dengan tanaman tingkat rendah. Maksudnya adalah mereka tidak memiliki apa yang tanaman normal dan umunya miliki. Entah dari tingkat sel maupun dari jaringannya.
Meskipun organ tubuhnya tidak sempurna, mereka yang berasal dari tanaman tingkat rendah juga tidak kalah. Dalam hal pernapasan atau sistem respirasi, mereka mampu melakukan dengan dua cara. Sama seperti dengan tanaman besar dan tingkat tinggi yang lainnya. Yakni dengan cara aerob serta anaerob.
- Pada penggunaan respirasi anaerob, mereka memiliki nama lain sendiri. jika pada tanaman biasa atau normal, nama lain dari pernapasan atau respirasi aerob ini adalah pernapasan secara sempurna. Namun dalam tanaman yang masuk dalam golongan tingkat rendah menamainya dengan fermentasi.
- Di namakan dengan fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa utama atau senyawa pokok menjadi senyawa lanjutan atau senyawa deferensial. Pengubahan ini tidak serta merta bisa berubah biasa. Namun tetap memerlukan bantuan dari enzim. Beberapa contoh dari bahan makanan yang menggunakan proses fermentasi adalah pembentukan alhokol. Padahal sebenarnya, zat awal pembentuk dari alkohol adalah glukosa. Selain itu, contoh lain dari proses fermentasi adalah dalam pembuatan tempe.
d. Proses oksigen masuk ke tumbuhan
Jika manusia memerlukan alat alat pernafasan seperti hidung dan mulut untuk membuat oksigen bisa masuk ke dalam tubuh, tampaknya serupa dengan tumbuhan. Meskipun mereka tidak memiliki hidung, namun ada organ lain yang berguna untuk menangkap oksigen yang ada dari luar. Yakni menggunakan stomata dan juga lenti sel.
- Caranya dengan berdifusi. Yakni udara secara pasif masuk ke dalam tubuh tumbuhan melalui celah mulut daun. Organ ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari modifikasi dari sel epidermis daun. Letak dari stomata ini pada umunya ada bagian bawah daun. Bentuknya yang mirip seperti mulut, yang mana pembukaannya bisa diatur oleh sel penjaga (guard cell) yang mana adalah sel epidermis sendiri.
- Stomata ini bisa bekerja tanpa di kendalikan oleh tumbuhan. Yakni menggunakan cuaca dan suhu yang ada di sekitarnya. Misalnya saat kondisi siang hari, ketika ada matahari. Secara otomatis, stomata akan terbuka untuk mendapatkan cahaya dan oksigen sebanyak banyaknya. Ini akan di perlukan demi pernapasan dan membakaran energi untuk menjalankan aktivitas. Sedangkan nanti ketika malam hari, stomata akan menutup secara otomatis pula. Karena pada saat ini, cahaya matahari sudah tidak ada lagi.
- Selain pada malam hari, sebenarnya stomata juga bisa menutup dalam beberapa kondisi. Misalnya saat cuaca yang ada sangat kering atau panas. Sebab kala ini, keadaan stomata tidak memberikan banyak manfaat. Justru semakin lama terbuka malah akan membahayakan diri stomata. Karena cuaca panas, maka kapasitas matahari yang di perlukan tidak sebanyak dalam musim biasa. Keadaan panas malah justru bisa membahayakan diri tanaman. Mereka bisa kekeringan karena kekurangan oksigen dan air. Untuk itulah, demi mengurangi penguapan stomata akan menutup. .
- Ketika kondisi cuaca normal, dan matahari menyinari bumi dengan hangat, tumbuham akan mulai memasak untuk dirinya sendiri. kondisi terang yang di hasilkan dari matahari mengandung senyawa yang aktif membuat zat kimia yang ada di dalam tumbuhan melakukan reaksi terang. Selain itu mereka juga melakukan fotosintesis.
- Dalam keadaan stomata yang terbuka, maka zat penting seperti karbondioksida akan masuk. Zat ini berguna sebagai salah satu list bahan yang akan di gunakan untuk melakukan fotosintesis. Meskipun seperti itu, sel sel tumbuhan tetap melakukan respirasi aerobik. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan energi. Kemudian ketika malam harinya, laju fotosintesis tidak terjadi. Hal ini di sebabkan karena tidak adanya cahaya yang kuat untuk membantu pemindahan atom yanga da di dalam sel. Makanya pada waktu ini stomata akan menutup.
e. Faktor luar yang mempengaruhi proses respirasi
Bukan hanya cahaya saja yang mampu mengontrol keadaan stomata. Namun beberapa faktor yang ada di luar tubuh tumbuhan mempengaruhinya. Seperti :
- Air
Stomata bisa di pengaruhi oleh keadaan air. Yakni saat kadar air yang ada di dalam sel penjaga berada dalam konsentrasi tinggi. hal ini akan membuat sel dalam keadaan turgid atau bengkak. Sehingga mampu memicu sel guardian atau sel penjaga menjorok ke atas. Akhirnya mampu membuka celah stomata agar bisa terbuka.
- Ion kalium atau K+
Sebenarnya, jika hanya ion kalium saja belum mampu mengontrol stomata. Namun ketika beberapa ion K+ yang ikut dipicu oleh cahaya, maka hasilnya akan berbeda. Ion kalium yang banyak akan memicu terjadinya penumpukal ion. Hal ini akan membuat sel melakukan tekanan turgor. Sehingga sel menjadi rendah. Hal ini malah memicu terjadinya peristiwa osmosis, yakni terjadinya perpindahan air ke sel yang kental. kemudian keadaan sel penjaga malah menjadi bengkak. Pada saat inilah stomata akan membuka celah dirinya.
- Karbon dioksida atau CO2
Kandungan dari karbon dioksida memang sangat dibutuhkan tumbuhan. Karena peranannya berguna untuk membuat makanannya sendiri. biasanya menggunakan proses fotosintesis. Tumbuhan lebih efektif melakukan respirasi dan membuat makanan pada siang hari. Sebab pada saat itu, laju fotosintesis masih sangat cepat. Hal ini akan menjadikan tumbuhan harus membutuhkan suplai CO2 banyak. Untuk itu, agar tetap berjalan lancar, stomata pada tumbuhan akhirnya bisa terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar